CRYSTAL OSCILLATOR



 

1. Pendahuluan [kembali]

Osilator adalah suatu rangkaian elektronik yang digunakan untuk menghasilkan sinyal periodik secara terus-menerus tanpa memerlukan sinyal masukan eksternal. Sinyal yang dihasilkan dapat berupa gelombang sinus, persegi, segitiga, atau pulsa, tergantung pada jenis dan konfigurasi osilator. Dalam sistem digital, sinyal dari osilator umumnya digunakan sebagai clock generator, sedangkan dalam sistem komunikasi, digunakan sebagai pembawa (carrier) sinyal.

1. Osilator Kristal (Crystal Oscillator)

Salah satu jenis osilator yang dikenal memiliki tingkat kestabilan frekuensi yang sangat tinggi adalah osilator kristal. Rangkaian ini menggunakan kristal kuarsa sebagai elemen resonansi yang berosilasi pada frekuensi tertentu ketika diberikan tegangan. Kristal ini memiliki sifat piezoelektrik, yaitu dapat bergetar secara mekanis saat diberi tegangan listrik, dan menghasilkan sinyal dengan frekuensi yang sangat stabil.

Pada konfigurasi umum, osilator kristal sering dirancang menggunakan op-amp seperti LM833N, yang memberikan penguatan pada sinyal dari kristal untuk mempertahankan osilasi. Keunggulan osilator jenis ini adalah ketahanannya terhadap perubahan suhu, keausan waktu, dan ketidakstabilan tegangan, menjadikannya sangat ideal untuk aplikasi seperti jam digital, komunikasi nirkabel, dan sistem mikroprosesor.

2. Osilator Relaksasi (Relaxation Oscillator)

Berbeda dengan osilator kristal yang menghasilkan gelombang sinusoidal, osilator relaksasi menghasilkan gelombang non-sinusoidal, seperti pulsa atau gelombang gigi gergaji. Prinsip kerja osilator relaksasi didasarkan pada proses pengisian dan pengosongan kapasitor secara berulang melalui resistor, hingga mencapai ambang tegangan tertentu yang kemudian memicu proses pelepasan muatan secara cepat.

Salah satu komponen utama yang digunakan dalam jenis osilator ini adalah UJT (Uni Junction Transistor). UJT memiliki karakteristik switching yang khas, di mana tegangan pada terminal emitter akan memicu konduksi secara tiba-tiba setelah melewati tegangan peak. Ketika ini terjadi, kapasitor yang sebelumnya mengisi akan cepat mengosongkan muatannya, menciptakan denyut tegangan yang tajam dan periodik. Karena karakteristik ini, UJT sangat efektif dalam membangkitkan pulsa dan digunakan dalam rangkaian pemicu (triggering), pewaktu (timing), dan pembangkit sinyal.


2. Tujuan [kembali]

1. Memahami cara kerja dasar rangkaian osilator relaksasi yang menggunakan komponen UJT (Uni Junction Transistor).

2. Mengidentifikasi bagaimana perubahan nilai resistor dan kapasitor memengaruhi frekuensi sinyal keluaran pada rangkaian osilator.

3. Melakukan simulasi dan mengobservasi bentuk gelombang output dari berbagai konfigurasi osilator relaksasi menggunakan perangkat lunak Proteus.

4. Memperdalam pemahaman mengenai fungsi UJT sebagai elemen pemicu dalam sistem rangkaian elektronik, baik digital maupun analog.


3. Alat dan Bahan [kembali]

1.Voltmeter / Multimeter Digital

Untuk mengukur dan membandingkan tegangan input dan output op-amp.

2. Power Supply DC


Menyediakan catu daya simetris (+Vcc dan -Vcc) untuk mengaktifkan op-amp 741.  

3. Software Simulasi (misalnya Proteus)

Sebagai media perakitan atau simulasi rangkaian elektronik.

B. BAHAN

1. IC Op-Amp 741


Digunakan sebagai penguat operasional dalam konfigurasi unity gain (buffer). Menyediakan output yang identik dengan input tanpa penguatan.

2. Ground

Ground adalah titik kembalinya arus searah atau titik kembalinya sinyal  bolak balik atau titik patokan dari berbagai titik tegangan dan sinyal listrik dalam rangkaian elektronika.


3. Resistor

Fungsi utama dari resistor adalah membatasi aliran arus. Resistor dapat menahan arus dan memperkecil besar arus. Besar resistansi (kemampuan menahan arus) resistor disesuaikan dengan kebutuhan perangkat elektronika. 
                                                           


4. Voltmeter

Alat ukur untuk mengukur besar Tegangan dalam satuan Volt


5. Ampere Meter

Alat ukur untuk mengukur Kuat Arus dalam satuan Ampere


4. Dasar Teori [kembali]

    1. Transistor

 

Transistor adalah sebuah komponen di dalam elektronika yang diciptakan dari bahan-bahan semikonduktor dan memiliki tiga buah kaki. Masing-masing kaki disebut sebagai basis, kolektor, dan emitor.

1. Emitor (E) memiliki fungsi untuk menghasilkan elektron atau muatan negatif.

2. Kolektor (C) berperan sebagai saluran bagi muatan negatif untuk keluar dari dalam transistor.

3. Basis (B) berguna untuk mengatur arah gerak muatan negatif yang keluar dari transistor melalui kolektor.

Berfungsi sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung arus (switching), stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal. Selain itu, transistor biasanya juga dapat digunakan sebagai saklar dalam rangkaian elektronika. Jika ada arus yang cukup besar di kaki basis, transistor akan mencapai titik jenuh. Pada titik jenuh ini transistor mengalirkan arus secara maksimum dari kolektor ke emitor sehingga transistor seolah-olah short pada hubungan kolektor-emitor. Jika arus base sangat kecil maka kolektor dan emitor bagaikan saklar yang terbuka. Pada kondisi ini transistor dalam keadaan cut off sehingga tidak ada arus dari kolektor ke emitor. 

 

 

Rumus-rumus transistor:

Spesifikasi :

  • Bi-Polar Transistor
  • DC Current Gain (hFE) is 800 maximum
  • Continuous Collector current (IC) is 100mA
  • Emitter Base Voltage (VBE) is > 0.6V
  • Base Current(IB) is 5mA maximum

Konfigurasi Transistor

Konfigurasi Common Base adalah konfigurasi yang kaki Basis-nya di-ground-kan dan digunakan bersama untuk INPUT maupun OUTPUT.  Pada Konfigurasi Common Base, sinyal INPUT dimasukan ke Emitor  dan sinyal OUTPUT-nya diambil dari Kolektor, sedangkan kaki Basis-nya di-ground-kan. Oleh karena itu, Common Base juga sering disebut dengan istilah “Grounded Base”. Konfigurasi Common Base ini menghasilkan Penguatan Tegangan antara sinyal INPUT dan sinyal OUTPUT namun tidak menghasilkan penguatan pada arus.

Konfigurasi Common Collector (CC) atau Kolektor Bersama memiliki sifat dan fungsi yang berlawan dengan Common Base (Basis Bersama). Kalau pada Common Base menghasilkan penguatan Tegangan tanpa memperkuat Arus, maka Common Collector ini memiliki fungsi yang dapat menghasilkan Penguatan  Arus namun tidak menghasilkan penguatan Tegangan. Pada Konfigurasi Common Collector, Input diumpankan ke Basis Transistor sedangkan Outputnya diperoleh dari Emitor Transistor sedangkan Kolektor-nya di-ground-kan dan digunakan bersama untuk INPUT maupun OUTPUT. Konfigurasi Kolektor bersama (Common Collector) ini sering disebut juga dengan Pengikut Emitor (Emitter Follower) karena tegangan sinyal Output pada Emitor hampir sama dengan tegangan Input Basis.

Konfigurasi Common Emitter (CE) atau Emitor Bersama merupakan Konfigurasi Transistor yang paling sering digunakan, terutama pada penguat yang membutuhkan penguatan Tegangan dan Arus secara bersamaan. Hal ini dikarenakan Konfigurasi Transistor dengan Common Emitter ini menghasilkan penguatan Tegangan dan Arus antara sinyal Input dan sinyal Output. Common Emitter adalah konfigurasi Transistor dimana kaki Emitor Transistor di-ground-kan dan dipergunakan bersama untuk INPUT dan OUTPUT. Pada Konfigurasi Common Emitter ini, sinyal INPUT dimasukan ke Basis dan sinyal OUTPUT-nya diperoleh dari kaki Kolektor.

 

2. Dioda


 

Spesifikasi

 

Dioda adalah komponen yang terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Sebuah Dioda dibuat dengan menggabungkan dua bahan semi-konduktor tipe-P dan semi-konduktor tipe-N. Ketika dua bahan ini digabungkan, terbentuk lapisan kecil lain di antaranya yang disebut depletion layer. Ini karena lapisan tipe-P memiliki hole berlebih dan lapisan tipe-N memiliki elektron berlebih dan keduanya mencoba berdifusi satu sama lain membentuk penghambat resistansi tinggi antara kedua bahan seperti pada gambar di bawah ini. Lapisan penyumbatan ini disebut depletion layer.

 

Ketika tegangan positif diterapkan ke Anoda dan tegangan negatif diterapkan ke Katoda, dioda dikatakan dalam kondisi bias maju. Selama keadaan ini tegangan positif akan memompa lebih banyak hole ke daerah tipe-P dan tegangan negatif akan memompa lebih banyak elektron ke daerah tipe-N yang menyebabkan depletion layer hilang sehingga arus mengalir dari Anoda ke Katoda. Tegangan minimum yang diperlukan untuk membuat dioda bias maju disebut forward breakdown voltage.

 

Jika tegangan negatif diterapkan ke anoda dan tegangan positif diterapkan ke katoda, dioda dikatakan dalam kondisi bias terbalik. Selama keadaan ini tegangan negatif akan memompa lebih banyak elektron ke material tipe-P dan material tipe-N akan mendapatkan lebih banyak hole dari tegangan positif yang membuat depletion layer lebih besar dan dengan demikian tidak memungkinkan arus mengalir melaluinya. Kondisi ini hanya terjadi pada dioda yang ideal, kenyataannya arus yang kecil tetap dapat mengalir pada bias terbalik dioda.

 

Dioda dapat dibagi menjadi beberapa jenis:

1. Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai penyearah arus AC ke arus DC.

2. Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai penstabil tegangan.

3. Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu penerangan.

4. Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya.

5. Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali.

 

Untuk menentukan arus zenner  berlaku persamaan:

Keterangan:

 

Pada grafik terlihat bahwa pada tegangan dibawah ambang batas tegangan mundur (reverse) sebuah dioda akan tembus (menghantar) dan tidak bisa menahan lagi. Batas ini disebut dengan area tegangan breakdown dioda. Kondisi dioda pada area ini adalah tembus atau menghantar dan tidak menghambat. Kemudian pada level tegangan diantara tegangan breakdown dan tegangan forward terdapat area tegangan reverse dan tegangan cut off. Pada area ini kondisi dioda adalah menahan atau tidak mengalirkan arus listrik.

 

3. Resistor

Resistor merupakan salah satu komponen elektronika pasif yang berfungsi untuk membatasi arus yang mengalir pada suatu rangkaian dan berfungsi sebagai terminal antara dua komponen elektronika.Tegangan pada suatu resistor sebanding dengan arus yang melewatinya (V=IR).Cara menghitung nilai resistor dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

 

Cara menghitung resistansi pada resistor:

Pita atau gelang ke-1 menunjukkan nilai atau angka pada digit pertama, begitu pula pada gelang ke dua. Masing-masing warna pada pita memiliki nilai yang berbeda

Pita ke-3 menunjukkan jumlah angka 0 di belakang digit ke 2 atau dikalikan dengan 10^n, yang dimana n merupakan nilai pada warna pita ke 3

Pita ke-4 menunjukkan nilai toleransi dari resistor

Contoh :

Pita ke-1 :   Coklat             = 1

Pita ke-2 :   Hitam              = 0

Pita ke-3 :   Hijau               = 5 nol di belakang angka pita ke-2, atau dikalikan 105

Pita ke-4 :   Perak               = Toleransi 10%

Maka nilai resistor tersebut adalah 10×105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%

4. Crystal Oscillator

Osilator kristal adalah rangkaian elektronik yang menghasilkan sinyal osilasi dengan frekuensi yang sangat stabil dan presisi tinggi, menggunakan kristal kuarsa sebagai elemen utama penentu frekuensi. Kristal kuarsa bekerja berdasarkan efek piezoelektrik, yaitu kemampuan bahan tertentu (seperti kuarsa) untuk menghasilkan tegangan listrik saat dikenai tekanan mekanik, dan sebaliknya, berosilasi secara mekanis saat dialiri arus listrik.

Kristal kuarsa dalam osilator berperan seperti resonator, yaitu komponen yang hanya memungkinkan frekuensi tertentu untuk bertahan dan diperkuat dalam rangkaian. Karena kristal memiliki kualitas resonansi (Q-factor) yang sangat tinggi, frekuensi osilasinya sangat tajam dan stabil, serta sangat sedikit terpengaruh oleh perubahan suhu, tegangan, atau beban.

Dalam praktiknya, kristal biasanya digunakan dalam rangkaian osilator berbasis transistor atau op-amp (seperti LM833N), yang menyediakan penguatan dan umpan balik positif untuk mempertahankan osilasi. Salah satu konfigurasi umum adalah Pierce oscillator, Colpitts, atau Wien-Bridge, yang dimodifikasi agar dapat menggunakan kristal sebagai penentu frekuensi.


5. Prinsip Kerja [kembali]

Rangkaian 14.36 merupakan osilator kristal yang menggunakan op-amp sebagai penguat, di mana kristal kuarsa berfungsi sebagai elemen frekuensi yang sangat stabil. Kristal dipasang pada jalur umpan balik op-amp bersama dengan komponen resistor dan kapasitor yang menentukan titik kerja osilasi. Saat op-amp mendapatkan tegangan awal, penguatan dan umpan balik positif dari kristal akan menyebabkan terbentuknya osilasi pada frekuensi resonansi kristal. Karena kristal memiliki faktor kualitas (Q) yang sangat tinggi, frekuensi osilasi yang dihasilkan akan sangat stabil dan akurat. Osilator ini biasanya digunakan dalam rangkaian jam, mikrokontroler, atau sistem digital lainnya yang membutuhkan ketelitian waktu.

Sementara itu, rangkaian 14.37 dan 14.39 merupakan osilator yang menggunakan unijunction transistor (UJT). Pada rangkaian 14.37, prinsip kerjanya didasarkan pada pengisian dan pengosongan kapasitor melalui resistor. Saat kapasitor terisi hingga mencapai tegangan ambang (peak point voltage) dari UJT, transistor akan menghantarkan dengan cepat, menyebabkan kapasitor membuang muatannya secara tiba-tiba ke beban (biasanya melalui terminal emitter). Proses ini menghasilkan pulsa pendek yang diulang-ulang, membentuk gelombang periodik. Setelah kapasitor kosong, proses pengisian dimulai kembali dan siklus berulang.

Pada rangkaian 14.39, ditampilkan beberapa konfigurasi variasi osilator UJT, tetapi prinsip kerjanya tetap sama, yaitu menghasilkan gelombang periodik berdasarkan kerja siklus pengisian dan pengosongan kapasitor yang dikendalikan oleh karakteristik switching dari UJT. Masing-masing konfigurasi tersebut dapat menghasilkan bentuk gelombang yang berbeda tergantung pada letak beban atau penggunaan transformator pulsa. Frekuensi osilasi pada osilator UJT ditentukan oleh nilai resistor dan kapasitor, serta tegangan karakteristik dari UJT itu sendiri. Rangkaian ini umum digunakan dalam pembangkit pulsa, pewaktu (timer), atau pemicu SCR.


6. Problem [kembali]

1. Rangkaian 14.36 – Osilator Kristal dengan Op-Amp

Permasalahan utama pada rangkaian ini adalah kegagalan osilasi saat start-up. Jika penguatan total dari op-amp dan elemen umpan balik (termasuk kristal) tidak mencukupi untuk memenuhi kondisi osilasi (loop gain ≥ 1), maka rangkaian tidak akan menghasilkan sinyal sama sekali meskipun kristal sudah dipasang dengan benar.

2. Rangkaian 14.37 – Osilator UJT

Permasalahan yang sering terjadi pada osilator UJT adalah ketidakstabilan frekuensi akibat toleransi komponen. Karena frekuensi osilasi ditentukan oleh nilai resistor (RT) dan kapasitor (CT), perubahan kecil pada nilai komponen akibat suhu atau usia akan menyebabkan frekuensi output menjadi tidak stabil atau meleset dari nilai yang diharapkan.

3. Rangkaian 14.39 – Variasi Osilator UJT

Permasalahan pada variasi rangkaian ini adalah bentuk gelombang output yang tidak konsisten saat beban berubah. Beberapa konfigurasi dalam variasi osilator UJT sangat bergantung pada posisi beban atau transformator pulsa. Jika beban berubah-ubah atau tidak sesuai spesifikasi, maka bentuk pulsa bisa berubah, terdistorsi, atau tidak muncul sama sekali.


7. Soal Latihan [kembali]

1. Apa fungsi utama kristal dalam rangkaian osilator kristal dengan op-amp seperti pada rangkaian 14.36?

a. Menguatkan sinyal input secara linier

b. Mengatur amplitudo sinyal output c. Menstabilkan frekuensi osilasi pada nilai tertentu d. Menyaring komponen DC dari sinyal

Jawaban: c. Menstabilkan frekuensi osilasi pada nilai tertentu


2. Apa yang terjadi ketika tegangan kapasitor dalam rangkaian osilator UJT melebihi tegangan ambang (peak point) UJT?

a. Kapasitor berhenti mengisi dan tidak ada osilasi

b. UJT mulai menghantarkan dan kapasitor melepaskan muatannya
c. Tegangan output berubah menjadi sinusoidal
d. UJT rusak karena kelebihan tegangan

Jawaban: b. UJT mulai menghantarkan dan kapasitor melepaskan muatannya


3. Salah satu masalah utama pada variasi rangkaian osilator UJT seperti pada gambar 14.39 adalah:

a. Output menjadi DC murni tanpa osilasi

b. Transistor selalu dalam kondisi aktif

c. Bentuk gelombang output tidak konsisten saat beban berubah

d. Frekuensi osilasi terkunci dan tidak bisa diatur

Jawaban: c. Bentuk gelombang output tidak konsisten saat beban berubah


9. Download File [kembali]

Fig 14.36 Crystal oscillator using an op-amp [Download]

Fig 14.37 Basic unijunction oscillator circuit [Download]

Fig 14.39 Some unijunction oscillator circuit configurations [Download]

Datasheet Resistor [Download]

Datasheet Baterai [Download]

Datasheet Op Amp [Download]

Datasheet Voltmeter [Download]

Datasheet Amperemeter [Download]

Datasheet Kapasitor [Download]

Datasheet Transistor [Download]



Komentar